Selasa, 07 Agustus 2012

Juli ala Willy


Bagi seorang willy, tahun dimulai dari bulan juli, bukan januari seperti kebanyakan lainnya. Itu karena di bulan juli, ia lahir dan bertambah tua setiap tahunnya. Sebagai orang yang lahir di bulan juli, willy sudah biasa untuk tidak merayakan hari ulang tahunnya secara besar-besaran. Terakhir kali willy merayakan ulangtahun yang bisa dibilang pesta, adalah perayaan di umurnya yang ketujuh, menginjak kelas 3 sekolah dasar. Itupun hanya sekedar mengundang teman-teman sekolah dan sekitar rumahnya. Bisa dibilang willy merupakan orang yang paling menikmati pembullyan teman-temannya yang ulangtahun. Mulai dari lempar kolam, pecah telur, tabur tepung, atau gesek paksa ke tiang terdekat, willy kadang orang yang paling tertawa keras dan kabur paling kencang saat pembullyan. Atau terkadang hanya tersenyum melihat dari luar kerumunan. Di Indonesia, bulan juli biasanya bertepatan dengan musim liburan. Bulan juli membuatnya merasa aman dari balasan pembullyan karena ulangtahunnya. Terlebih, tidak banyak teman yang mempedulikan hari ulangtahunnya saat liburan, mungkin sudah keasikan dengan kesibukan dan keseruan masing masing. Willy merasa beruntung akan hal ini. Dan cukup pintar untuk tidak menyia-nyiakannya.
Sebagai orang yang berpergaulan cukup baik, willy adalah orang yang tak tersentuh. Ia adalah pakar dalam hal jahil dan membuat orang kesal. Pintar menghindar dan mengelak ketika orang lain ingin mengerjainya. Menurutnya, sudah tidak lucu dan mengagetkan lagi ketika orang dikerjai tepat di hari ulangtahunnya. Seakan terjadi konspirasi, setelah prosesi bullying yang dilakukan, kebanyakan orang yang ulangtahun sudah membawa baju ganti dan mungkin sabun shampoo untuk mandi. Antara waspada, kepasrahan. Dan tidak alami lagi.
Willy memang tidak terlalu menyukai pesta pora, walaupun ia juga bukan orang yang senang untuk menyendiri berhari-hari. Tapi ia merayakan ulangtahun dengan sedehana saja. Membalasi ucapan yang datang via sms dan mention mikroblog, satu per satu, berusaha membalasnya dengan bahasa seakrab yang ia bisa, berharap orang-orang tidak mengingatnya dihari ulangtahunnya saja. Kemudian masuk kembali ke pertapaannya untuk mengevaluasi apa yang ia lakukan setahun belakangan. Dan menakar bayang-bayang seperti apa dirinya di setahun yang akan datang. Hari ulang tahun yang sama sekali tidak tampak seperti hari besar buatnya. Tengah tahunnya di 1 januari pun lebih ia gunakan sebagai tempat pijakan, sudah berapa jauh ia pergi dan seberapa jauh lagi ia sampai target tujuan. Katanya dengan muka melas, “ya seenggaknya aku nggak menyepi di sudut ruangan gelap, menyanyikan lagu selamat ulangtahun dengan sendu, kemudian menyalakan lilin dan meniupnya sendiri. Terlalu banyak orang hebat untuk membuatku merasa kesepian” J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar