Selasa, 10 April 2012

Akhir Tahun TERRA

Ya, seperti yang sudah saya duga sebelumnya. Weekend di akhir maret kemarin menjadi weekend yang berarti. Ruang LFM 9009, saksi bisu yang mungkin dapat menyimpan cerita ini dengan rapi, selain di saraf memori saya yang dapat aus tentunya. tatanan ruang ini mungkin sederhana, deretan panjang meja yang langsung tersambung dengan kursinya, terbuat dari bahan kayu yang dicat hitam, dibuat paralel bertingkat semakin tinggi menuju belakang, kesan kuat jelas kentara dalam desain klasiknya, orang yang duduk di baris paling belakang dapat mengamati secara jelas orang yang sedang berada di depan, begitu sebaliknya. Latar bagian depan dihiasi papan tulis panjang berwarna hitam yang terpisah oleh papan putih besar di tengahnya, sebagai layar penerima tembakan proyektor. Di setting latar tempat itulah kami bersembilanbelas badan pengurus harian TERRA 11/12  mempertanggungjawabkan setahun kinerja kami.

Dua hari keberjalanan musyawarah anggota TERRA, 180 derajat berbeda dari apa yang saya perkirakan. Pertanyaan-pertanyaan menyudutkan dan agitasi penuh tekanan seperti tahun-tahun sebelumnya berubah menjadi nasihat dan apresiasi, pembelajaran yang lebih mudah dicerna bagi penerus kami selanjutnya. Mungkin sudah saatnya himpunan ini beranjak dewasa, batinku. Dan setelah kesembilanbelas orang badan pengurus memaparkan kinerja satu tahunnya, dengan pemaparan dari ketua himpunan sebagai pentutup, tibalah saatnya kami dihisab. Kami bersembilanbelas disuruh keluar ruangan, memberikan waktu kepada massa himpunan untuk bermusyawarah urun rembug menilai kinerja kami. Setengah jam berlalu, kami dipanggil dan diminta berdiri di depan, dihadapan massa himpunan. Ini seperti membacakan keputusan hasil persidangan, dengan kami sebagai terdakwanya. Mulai berdebar ketika alumni bergantian angkat bicara, dilanjutkan perwakilan tiap angkatan, dan diakhiri oleh pembacaan keputusan musyawarah oleh pimpinan sidang. Dan ya, setahun kepengurusan kami diterima oleh massa terra, tanpa bersyarat, pencapaian yang membuat kami lega. Sebagai gambaran, 3 kemungkinan hasil musyawarah anggota pada laporan pertanggungjawaban kepengurusan adalah diterima, diterima bersyarat, dan ditolak.

Bagaimana tentang perasaan setelahnya? Saya tidak bisa menggambarkannya. Yang pasti saya melihat lagi momen ketika teman-teman himpunan saya menangis. Dan saya fikir hanya ada dua waktu untuk melihat orang-orang hebat ini menangis. Saat mereka dilantik menjadi anggota baru, dan saat berakhirnya kepengurusan, seperti saat ini. Mereka saling berpelukan, berbaur bersama menumpahkan semuanya. Sedangkan saya, saya tidak bisa menangis di keramaian. Yang saya lakukan hanya menerawang langit-langit, tidak banyak berbicara. Linglung tidak tahu harus berbuat apa.

Yang harus saya sadari, berakhirnya suatu hal terkadang adalah sebuah permulaan bagi hal yang lain. Dan disitulah hukum kekekalan semangat berlaku.

"semangat dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tapi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan"

Minggu, 08 April 2012

halo, teman :)


Halo, Teman.
apa kabar? Sebaiknya kamu lebih baik dari aku.
Jika kamu mendefinisikan teman adalah orang yang ada disaat kamu senang, dan orang yang bisa menyenangkanmu, mungkin aku jauh dari lingkaran apa yang kamu sebut teman.
Karena aku mungkin terlalu sering membuatmu kesal, berbicara apa-adanya, tajam menusuk tidak terduga, tidak memberikan ruang abu-abu diantara ya dan tidak. Namun ketahuilah, aku hanya berusaha untuk jujur dan terbuka.
Atau mungkin kamu menganggapku orang yang tidak peka, sering diam tidak peduli akan keadaanmu. Ketahuilah, terkadang diamku adalah karena mempertimbangkan sesuatu dan memikirkanmu.
Aku sering berusaha melucu, ya dan aku sadari aku harus berusaha lebih baik untuk hal ini. Tapi ketahuilah, aku senang melihatmu tertawa lepas.
Mungkin aku terlalu sering mengganggu kehidupanmu. Ketauhilah, aku siap untuk kau ganggu, kapanpun kamu mau.
Saat-saat tertentu, mungkin aku membuat hubungan kita suram. Ini sangat tidak mengenakkan. Ketahuilah, aku mencoba berbagai cara untuk memperbaikinya, namun terkadang aku tidak sadar jika caraku membuat hubungan kita semakin runyam.
Ya, aku tidak berusaha untuk menjadi sempurna. Dengan begitu, kamu bisa mengingatkanku ketika aku lupa dan salah. Ketauhilah, aku hanya berusaha melakukan yang terbaik yang kubisa.
Kini, mungkin egomu terlalu besar untuk sekedar menanyakan kabar. Kau terlalu mulia untuk melempar kata ‘hey’. Atau lingkunganmu sudah cukup berwarna tanpa kehadiranku, membuatmu terlalu naïf untuk sekedar mengumbar senyum.
Terlambat. Kamu tidak memberikanku kesempatan untuk mengetahui kondisimu lebih jauh.
Namun taukah kamu, aku berdiri di sudut ruang nyamanmu kini. Memperhatikanmu dari kejauhan.
Dan mungkin, hadiah terbaik yang bisa aku berikan kepadamu saat ini hanyalah, menyingkir dari kehidupanmu.