Selasa, 21 Desember 2010

el paradoksitas

sebening kilap kaca embun pagi, tapi kenapa tak memantulkan cahaya?
sesimetri persegi, tetapi mengapa tak pernah sama sisi?
sebanyak jatuhnya tetes hujan di akhir november, tetapi kenapa tak pernah sampai ke bumi?

selalu ingin kubakar tiap jejak memori, tetapi kenapa tak menjadi api?
ia menjelma menjadi sekotak memori, mengalunkan symponi 9 bethoven di sela otak kanan kiri.
senja menggoreskan lembayungnya di kuadran empat dari utara.
lekas benamkan mataharinya biar aku bisa mimpi kembali.

sekejap pelangi, tersingkap sebentar, indah, kemudian pergi.
namun ia akan muncul kembali, diantara hujan dan spektrum sinar matahari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar