Entah apa yang ada di pikiran saya saat itu sampai perajin batik di
Bantul pun jauh-jauh saya sambangi, orang sini bilang saya nyebrang negoro.
Sama seperti ketidaktahuan saya
ketika setelah berbagai pencapaian yang didapat Gerakan Indonesia Mengajar selama
hampir 5 tahun, masih ada tanggapan seperti berikut ini oleh beberapa orang yang
mengetahui saya akan bergabung dengan IM...
(kejadian I)
(setelah menceritakan panjang
lebar tentang Indonesia Mengajar) Oh, jadi IM mirip-mirip seperti KKN ya,
hanya jangka waktunya 1 tahun gitu, lalu habis itu dapet sertifikat? Emang sertifikatnya
bisa laku buat daftar-daftar perusahaan?
(saya gagap untuk mencari
jawaban yang tepat selain mengembangkan senyum simpul)
(kasus 2)
'Bryan, kamu kerja dimana sekarang?'
'alhamdulillah diterima IM, nanti April mulai pelatihan, doanya ya'
'wah, keren, kok bisa? bukannya udah dibubarin sama pemerintah Mesir?
IM, Ikhwanul Muslimin kan?'
(saya tahu dia seorang yang
mengikuti perkembangan Timur Tengah, saya tertawa)
Saya dan teman saya saat itu menjatuhkan pilihan kepada motif batik
yang tidak mewah. Sederhana, tapi saya cukup mengerti bagaimana batik itu akan
dibuat.
Dengan menjadi pengajar muda, sepertinya memang tidak perlu menjadi
mewah. Tentu ada rasa bangga sudah terpilih dari sekian puluh ribu lainnya,
mewarisi semangat Ki Hadjar Dewantara yang memiliki pilihan hidup nyaman
bangsawan, namun menukarnya untuk berbagi rasa kepada akar-akar tunas masa
depan. Semoga rasa bangga itu tidak menyilaukan, hingga menjadikan saya Icarus
yang lupa turun setelah diterbangkan oleh pencapaian. Karena selebihnya, hingga
saat ini bahkan saya belum membuktikan apa-apa, dari sekedar nama yang tertera
di laman resmi webnya. Saatnya turun kembali memijak bumi, setelah bereuforia dengan
ucapan selamat dan salam perpisahan.
Yap. Saya kembali menghadapi garis mula untuk mengawali perjalanan. dimana doa menjadi power booster utama.
diantara dominannya kain bermotif batik yang dijual di pasaran, batik
yang kami pilih masih mempertahankan proses dengan kaidah dan filosofi-filosofi
di dalamnya. Pembuatnya? Tangan-tangan yang memilih bertahan dalam mewarisi
karya tradisi.
Dan tahun kelima sejak babad alas-nya gerakan ini, kini sudah
mewariskan banyak hal. Meskipun tantangan selalu berubah, permasalahan
bervarian, nilai-nilai yang ingin dituju tetaplah sama. Maka pertanyaan
‘mengapa memilih Indonesia Mengajar?’, bagi saya secara pribadi, tidak lagi
saya jawab muluk-muluk. ‘Melunasi janji
kemerdekaan’, atau ‘mencerdaskan
kehidupan bangsa’, sudah digaungkan berulang-ulang hingga bising. Saya
lebih mengangguk sepaham terhadap kalimat direktur utama Gerakan Indonesia
Mengajar, Bapak Hikmat Hardono, kepada para pejuang penggerak daerah, “Tak ada cara yang lebih baik untuk
menghormati mereka semua (para aktor lokal di daerah) selain ikut bekerja
bersama mereka.” Atau cukup dengan
alasan sederhana seperti rasa syukur, ketika merefleksikan diri saya saat ini
ke seseorang yang lampau, saya rindu
mandi di kali, melompat bebas dari tepian ke permukaan jernih tanpa limbah
pabrik. Saya rindu melepas alas kaki, mengotori kaki dengan tanah sawah basah,
meniti pematang sambil bercanda dengan burung-burung yang terbang rendah
menggodai bapak petani. Saya rindu saya yang lampau, menjadi mereka anak-anak
merdeka yang bebas menyebut mimpi-mimpi tanpa ditekan kelebihan ekspektasi yang
membebani. Memahami dunia tumbuh kembang anak-anak juga menjadi alasan
menarik. Lagipula, bukanlah setiap lelaki ingin menjadi seorang ‘Bapak’?
Motifnya dalam jawa dikenal sebagai tejotirto
Perlambang air, dan seharusnya sudah
mahfum dikenal jika Indonesia Mengajar menggunakan tunas sebagai alias lambang
bagi tiang pancang visi gerakannya. Jika benar hubungan air dan tunas adalah
hubungan yang romantis, maka air murni akan memakmurkan tunas; dan air beracun akan
mematikannya.
Selayaknya hubungan romantis, bukan? Menenangkan, juga kadang memabukkan.
Selayaknya hubungan romantis, bukan? Menenangkan, juga kadang memabukkan.
Dan tanpa disangka, saya beritahu satu hal lain tentang baju ini,
Warnanya merah muda.
-- diselesaikan di kantor Galuh, hari pertama, 20 April 2015 --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar