photo from http://yahyagabrielle.wordpress.com/2011/04/25 |
Saya
baru menyadari bahwa berjalan adalah bakat terbaik yang bisa saya banggakan.
Berjalan, aktivitas yang sangat sering saya nikmati; anugerah sederhana yang
tidak pernah masuk dalam isian biodata diri bagian hobi. Tapi saya akan senang
jika masuk dalam sebutan seniman jalanan. Bukan karena saya memainkan gitar
atau memajang karya pahat rupa saya di trotoar tepi jalan, tapi karena berjalan
itu sendiri bagi saya sudah merupakan suatu seni. Bagaimana kita mengatur irama
langkah, saat-saat tertentu berhenti untuk mengambil nafas panjang; sekedar
mengamati cat trotoar yang terkelupas, merasakan hembusan arah angin akibat
sambaran kendaraan yang melaju kencang; sepertinya tidak penting, tapi cukup dengan
berjalan saja saya bisa menikmati detail, melihat apa yang orang lain tidak
lihat.
Saya
berjalan ketika saya ingin berjalan. Cukup dengan berjalan saja, saya banyak
belajar mengenai hidup. Orangtua yang tidur meringkuk hanya beralaskan selembar
kardus, sampah-sampah sisa aktivitas pasar yang masih berserakan, fatamorgana
air di atas panas aspal, atau 3 hari 2 malam berjalan beriringan bersama
teman-teman, menaklukan diri dengan hadiah panorama dari tempat tertinggi. Saya
juga sering bertukar pikiran dan sharing cerita dengan teman-teman saya, sambil
berjalan di beberapa ruas kampus, terkadang menyusuri sisi bahu jalan ketika
berjalan mencari makan. Kalau sudah mulai berjalan, saya cukup tau untuk
memastikan bahwa saya harus sampai ke tujuan. Tapi juga ibarat dua sisi mata
pisau, terlalu menikmati perjalanan bisa juga menjadikan lupa tujuan
semula.
Dulu,
jaman sd dan smp, saya hampir tiap hari berjalan kaki untuk berangkat dan
pulang sekolah. Tidak sejauh jarak yang ditempuh Dahlan Iskan memang, tapi saya
masih merasakan masa-masa melepas sepatu untuk meniti pematang sawah dan menyeberang
jembatan yang terbuat dari bambu yang disusun sejajar. Hingga sudah kuliah pun,
saya sering pergi-pulang kampus dengan berjalan, saya bisa lebih lama merasakan
lengangnya jalanan jam 1 malam, teriknya matahari siang, atau derasnya hujan
yang bisa membuat sungai setinggi mata kaki, hingga membasahi diri dan
memberatkan langkah kaki. Kadang saya mencoba untuk berlari, tapi ada kesenangan
tersendiri ketika menikmati semuanya dengan berjalan. Keinginan saya untuk
mengeluh tentang panas, dingin, haus, jauh, lelah, dan beberapa kicauan keluhan
hidup yang lainnya; diuji saat berjalan. Percayalah, bersyukur dan memotivasi
diri mutlak lebih menyenangkan. Sebentar lagi sampai, sebentar lagi sampai. Mengalahkan bisik gerutuan 'ini kok ga sampai-sampai'.
Karena seburuk-buruknya hari kita, sekeras-kerasnya kita
berusaha, seberat-beratnya rintangan yang menghadang, hidup harus tetap
berjalan bukan?
photo from 2.bp.blogspot.com |
photo from http://achyboy.blogspot.com |
Hallo Bryan? wah, sepertinya kamu pantes jadi brand ambassador susu tulang A***** hihi. Mereka kan gencar banget promosi 10.000 langkah perhari. Hmm, jangan-jangan, kamu bisa 20.000 langkah perhari nih =P.
BalasHapusHappy walking!!
happy writting juga, tulis terus...