Ya, seperti yang sudah saya duga sebelumnya. Weekend di akhir maret kemarin menjadi weekend yang berarti. Ruang LFM 9009, saksi bisu yang mungkin dapat menyimpan cerita ini dengan rapi, selain di saraf memori saya yang dapat aus tentunya. tatanan ruang ini mungkin sederhana, deretan panjang meja yang langsung tersambung dengan kursinya, terbuat dari bahan kayu yang dicat hitam, dibuat paralel bertingkat semakin tinggi menuju belakang, kesan kuat jelas kentara dalam desain klasiknya, orang yang duduk di baris paling belakang dapat mengamati secara jelas orang yang sedang berada di depan, begitu sebaliknya. Latar bagian depan dihiasi papan tulis panjang berwarna hitam yang terpisah oleh papan putih besar di tengahnya, sebagai layar penerima tembakan proyektor. Di setting latar tempat itulah kami bersembilanbelas badan pengurus harian TERRA 11/12 mempertanggungjawabkan setahun kinerja kami.
Dua hari keberjalanan musyawarah anggota TERRA, 180 derajat berbeda dari apa yang saya perkirakan. Pertanyaan-pertanyaan menyudutkan dan agitasi penuh tekanan seperti tahun-tahun sebelumnya berubah menjadi nasihat dan apresiasi, pembelajaran yang lebih mudah dicerna bagi penerus kami selanjutnya. Mungkin sudah saatnya himpunan ini beranjak dewasa, batinku. Dan setelah kesembilanbelas orang badan pengurus memaparkan kinerja satu tahunnya, dengan pemaparan dari ketua himpunan sebagai pentutup, tibalah saatnya kami dihisab. Kami bersembilanbelas disuruh keluar ruangan, memberikan waktu kepada massa himpunan untuk bermusyawarah urun rembug menilai kinerja kami. Setengah jam berlalu, kami dipanggil dan diminta berdiri di depan, dihadapan massa himpunan. Ini seperti membacakan keputusan hasil persidangan, dengan kami sebagai terdakwanya. Mulai berdebar ketika alumni bergantian angkat bicara, dilanjutkan perwakilan tiap angkatan, dan diakhiri oleh pembacaan keputusan musyawarah oleh pimpinan sidang. Dan ya, setahun kepengurusan kami diterima oleh massa terra, tanpa bersyarat, pencapaian yang membuat kami lega. Sebagai gambaran, 3 kemungkinan hasil musyawarah anggota pada laporan pertanggungjawaban kepengurusan adalah diterima, diterima bersyarat, dan ditolak.
Bagaimana tentang perasaan setelahnya? Saya tidak bisa menggambarkannya. Yang pasti saya melihat lagi momen ketika teman-teman himpunan saya menangis. Dan saya fikir hanya ada dua waktu untuk melihat orang-orang hebat ini menangis. Saat mereka dilantik menjadi anggota baru, dan saat berakhirnya kepengurusan, seperti saat ini. Mereka saling berpelukan, berbaur bersama menumpahkan semuanya. Sedangkan saya, saya tidak bisa menangis di keramaian. Yang saya lakukan hanya menerawang langit-langit, tidak banyak berbicara. Linglung tidak tahu harus berbuat apa.
Yang harus saya sadari, berakhirnya suatu hal terkadang adalah sebuah permulaan bagi hal yang lain. Dan disitulah hukum kekekalan semangat berlaku.
"semangat dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tapi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar